Asesmen Pertumbuhan Anak Berdasarkan Standar Antropometri: Pendekatan untuk Memantau Status Gizi Anak dan Pertumbuhan Optimal

 

ABSTRAK

Pendahuluan: Pertumbuhan balita menjadi salah satu bagian penting yang harus diperhatikan. Pertumbuhan memantau berat badan dan panjang badan atau tinggi badan untuk menilai status gizi balita. Pentingnya pemantauan pertumbuhan balita, dinas kesehatan melalui puskesmas melakukan kegiatan posyandu balita yang dilakukan setiap bulan. Pemantauan pertumbuhan dilakukan karena pertumbuhan dan perkembangan balita berjalan secara simultan dan saling memengaruhi.

Tujuan: Untuk mengetahui pertumbuhan balita dengan menilai status gizi dari pengukuran berat badan terhadap umur (BB/U) dan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U) guna menentukan balita kurus/normal/gemuk, dan tinggi badan terhadap umur (TB/U) guna menentukan balita pendek/normal.

Metode: Desain penelitian berupa penelitian kuantitatif dengan metode survei.Pengambilan data menggunakan total sampling dari TK Regina Caeli. Sampel yang digunakan 5 balita usia 24-60 bulan. Data yang diukur adalah berat dan tinggi badan. Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis.

Kesimpulan: Dilihat BB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yang mengalami risiko memiliki berat badan lebih (60%), dan 2 anak memiliki risiko berat badan kurang anak (40%). Dilihat dari TB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yang mengalami tinggi badan normal (60%), dan 2 anak memiliki risiko pendek (40%). Dilihat dari  IMT per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 2 anak yang mengalami gizi lebih (40 %), 1 anak memiliki gizi kurang (20%), 1 anak mengalami obesitas (20%), dan  1 anak memiliki gizi baik (20%).

Introduction: Toddler growth is an important part that must be considered. Growth monitors body weight and body length or height to assess the nutritional status of toddlers. The importance of monitoring the growth of toddlers, the health service through the community health center carries out posyandu activities for toddlers every month. Growth monitoring is carried out because the growth and development of toddlers occur simultaneously and influence each other.

Objective: To determine the growth of toddlers by assessing nutritional status from measuring weight for age (WW/U) and body mass index for age (BMI/U) to determine whether toddlers are thin/normal/fat, and height for age (TB/U) to determine short/normal toddlers.

Method: The research design is quantitative research with a survey method. Data collection uses total sampling from TK Regina Caeli. The sample used was 5 toddlers aged 24-60 months. The data measured are weight and height. The data that has been obtained is then analyzed.

Conclusion: Looking at weight per age based on gender, 3 children are at risk of being overweight (60%), and 2 children are at risk of being underweight (40%). Judging from TB per age by gender, 3 children had normal height (60%), and 2 children had a risk of being short (40%). Judging from BMI per age based on gender, 2 children are over-nourished (40%), 1 child is under-nourished (20%), 1 child is obese (20%), and 1 child is well-nourished (20%).

Kata Kunci: "Asesmen Pertumbuhan, Standar Antropometri, Kategori Status Gizi Anak".

 

A.    PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang

Usia 1-5 tahun adalah masa golden age di mana pada masa ini anak-anak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Anak balita berkembang bukan hanya secara mental, namun juga secara fisik. Oleh karena itu, sangat penting bagi anak balita untuk mendapatkan nutrisi yang baik agar pertumbuhan fisik mereka tumbuh secara optimal.

Peran orang tua dan pendidik sangat diperlukan untuk mendampingi golden age anak usia dini.

Pertumbuhan memiliki kata asal “tumbuh”. Dalam KBBI sendiri, tumbuh memiliki arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sehingga secara istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara kuantitatif pada fisik manusia. Pemberian gizi yang sesuai untuk pertumbuhan anak harus selalu diperhatikan oleh para orang tua. Jika asupan gizi anak tidak terpenuhi dnegan baik, maka dapat mengganggu pertumbuhan anak itu sendiri. Karena pentingnya makan makanan yang bergizi untuk anak, maka memperhatikan kebutuhan dan porsi pemberian gizi seimbang menjadi wajib bagi orang tua. Orang tua dan sekolah memilki peran penting dalam memantau pertumbuhan anak sebagai bagian dari pemantauan kesehatan dan perkembangan.

Status gizi adalah gambaran tubuh seseorang sebagai akibat dari konsumsi pangan dan penggunaan zat-zat gizi dari pangan yang dikonsumsi di dalam tubuh (Budiman et al., 2021). Status gizi dapat memengaruhi masalah gizi dan masalah gizi dapat terjadi pada semua golongan usia (Muchtar et al., 2022). Tercapainya status gizi yang optimal ditentukan asupan makanan yang seimbang yaitu sesuai kebutuhan tubuh dan keadaan ini akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan, produktivitas dan status kesehatan (Septiawati et al., 2021).

2.     Rumusan Masalah

Pertumbuhan pada anak bukan sekadar memberi makanan kepada anak, namun juga harus melakukan pemantauan secara berkala agar orang tua dan guru tidak kecolongan terhadap pertumbuhan anak. Maraknya kasus stunting di beberapa daerah disinyalir karena kurangnya pemantauan terhadap perkembangan anak. Kurangnya edukasi kepada Masyarakat mengenai pentingnya memberikan gizi seimbang dan melakukan pemantauan tumbuh kembang anak membuat masalah ini menjadi carut marut. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka bebrapa masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.     Bagaimana pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi dan pertumbuhan optimal anak secara efektif?

2.     Faktor apa saja yang memengaruhi pertumbuhan anak yang diukur melalui standar antropometri, seperti berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala?

3.     Seberapa efektif pendekatan pemantauan berbasis antropometri dalam mendeteksi masalah gizi sejak dini dan melakukan intervensi?

4.     Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asesmen pertumbuhan anak menggunakan standar antropometri di lingkungan sekolah atau komunitas?

Asupan makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi jika dikonsumsi dengan tepat dan sesuai kebutuhan maka akan mencapai status gizi yang baik (Yulianti, 2022). Kelebihan asupan dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih dan kekurangan asupan makanan menyebabkan kekurangan gizi yang berdampak pada tubuh yang nampak kurus dan berisiko terhadap penyakit (Amalia & Putri, 2022).

3.     Tujuan Penelitian

Pengukuran dan penilaian status gizi dilakukan pada anak usia balita untuk mendapatkan gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) sehingga dapat mencegah dan melakukan tindakan dari masalah gizi yang terjadi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan antropometri. (TB) Hasil dengan pengukuran metode akan dikelompokkan status gizinya berdasarkan nilai cut of point IMT/U berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak.  Dengan uaraian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Mengukur status gizi anak

Dengan mengetahui berat dan tinggi badan anak, maka kita dapat memperoleh data akurat apakah anak tersebut memiliki masalah gizi seperti berat badan kurang atau obesitas.

2.     Pemantauan Pertumbuhan

Dengan pengukuran berkala, pertumbuhan anak dapat dipantau, sehingga dapat mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan seperti stunting, wasting, atau obesitas.

3.     Perencanaan Intervensi Kesehatan

Data antropometri membantu dalam merancang program intervensi atau perbaikan gizi anak untuk mencegah atau mengatasi malnutrisi.

4.     Evaluasi Program Kesehatan

Dapat digunakan untuk menilai efektivitas program atau kebijakan kesehatan, misalnya program pemberian makanan tambahan.

Antropometri adalah ilmu yang mengukur dimensi tubuh, seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan parameter lainnya yang digunakan untuk memantau pertumbuhan anak sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Penggunaan standar antropometri dalam bidang kesehatan anak sangat penting karena memungkinkan deteksi dini potensi masalah pertumbuhan dan perkembangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.    KAJIAN PUSTAKA

1.     Konsep Pertumbuhan Anak

Konsep pertumbuhan anak melibatkan peningkatan ukuran tubuh, yang mencakup penambahan berat badan dan tinggi badan, serta perubahan proporsi tubuh seiring bertambahnya usia. Proses pertumbuhan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memengaruhi kecepatan, kualitas, dan arah perkembangan fisik. Berikut adalah penjelasan tentang indikator utama pertumbuhan dan faktor-faktor yang memengaruhinya:

 

A. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Anak

1.Nutrisi:

a. Asupan makanan yang mencukupi dan seimbang sangat penting untuk pertumbuhan optimal. Nutrisi yang kurang akan berdampak negatif pada berat badan dan tinggi badan anak.

b. Kekurangan mikronutrien penting seperti zat besi, kalsium, vitamin D, dan protein dapat menghambat pertumbuhan tulang dan otot.

2. Genetik:

a. Faktor keturunan memainkan peran penting dalam menentukan potensi tinggi badan dan pertumbuhan fisik. Biasanya, tinggi badan anak cenderung mengikuti pola pertumbuhan dari orang tua mereka.

3.   Kesehatan:

a. Penyakit atau infeksi yang berulang, seperti diare atau infeksi pernapasan, dapat menghambat pertumbuhan.

b.Gangguan hormon seperti kelainan tiroid atau gangguan hormon pertumbuhan juga dapat memengaruhi tinggi dan berat badan anak.

4. Lingkungan:

a.   Polusi, akses ke sanitasi, dan kualitas air dapat memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan anak. Lingkungan yang tidak higienis meningkatkan risiko penyakit yang dapat memengaruhi pertumbuhan.

b.   Aktivitas fisik dan stimulasi mental juga berperan dalam mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.

 

 

5. Status Sosial Ekonomi:

a. Keluarga dengan status ekonomi yang baik cenderung memiliki akses yang lebih baik ke makanan bergizi, perawatan kesehatan, dan lingkungan yang sehat, yang semuanya mendukung pertumbuhan optimal.

6. Psikologis dan Emosional:

a.  Anak yang hidup dalam lingkungan yang penuh tekanan, seperti kekerasan atau konflik keluarga, mungkin memiliki pertumbuhan yang terhambat akibat stres dan gangguan dalam pola makan.

7. Perawatan Kesehatan:

a.  Akses ke perawatan kesehatan, imunisasi, serta pendidikan kesehatan bagi orang tua memainkan peran penting dalam memastikan anak mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal.

Dengan memantau berat badan dan tinggi badan secara teratur, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan, orang tua, guru, dan tenaga kesehatan dapat memastikan bahwa anak tumbuh dan berkembang dengan sehat serta optimal sesuai potensinya.

2.     Antropometri dan Standar Pertumbuhan Anak

Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun.

Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada anak umur di atas 24 bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

A. Indeks Standar Antropometri Anak

Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

1.     Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.

2.     Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat - 13 - pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.

3.     Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).

4.     Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas

 

 

Keterangan:

1.     Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.

2.     Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua normal).

3.     Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB).

3.     Asesmen Pertumbuhan Anak Menggunakan Standar Antropometri

        Dikutip dari jurnal Cakrawala Ilmiah yang melakukan penelitian menggunakan Standar Antropometri pada anak usia 2-5 tahun didapati bahwa 1) usia 2 tahun tinggi badan dengan kategori normal sebanyak 11 responden (58%) dari 19 responden, 2) usia 3 tahun tinggi badan dengan kategori normal sebanyak 29 responden (100%), 3) usia 4 tahun tinggi badan dengan kategori normal sebanyak 22 responden (85%) dan 4) usia 5 tahun tinggi badan dengan kategori normal sebanyak 17 responden (100%). Berat badan balita berdasarkan usia: 1) usia 2 tahun berat badan dengan kategori berat badan normal sebanyak 16 responden (85%) dari 19 respnden. 2) Usia 3 tahun berat badan dengan kategori berat badan normal sebanyak 28 responden (97%) dari 29 responden.3) Usia 4 tahun berat badan dengan kategori berat badan normal sebanyak 26 responden (100%). 4) Usia 5 tahun   berat badan dengan kategori berat badan normal sebanyak 17 responden (100%) dari 17 responden. Adapun penelitian ini menggunakan 91 responden dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan lembar observasi untuk pertumbuhan balita dan kuesioner untuk perkembangan balita. 

        Dikutip juga dari jurnal penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat didapati bahwa dari 15 balita diperoleh sejumlah 2 anak yang mengalami gizi kurang dan 3 anak mengalami gizi sangat kurang sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 anak (40%) dan sejumlah 5 anak yang berada dalam kategori pendek dan sangat pendek, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sejumlah 2 anak (40%).

          Dari kedua jurnal penelitian ini penulis mendapat Gambaran bahwa pengukuran anak menggunakan standar antropometri sangatlah penting ada orang tua tidak kecolongan dengan pertumbuhan anak mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


C.    Metodologi Penelitian

            Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 4 November 2024 jam 09.00-10.00 WIB. Bertempat di TK Regina Caeli. Metode penelitian ini adalah studi kasus dengan sasaran utamanya adalah siswa TK berusia 4-5 tahun terdiri atas 3 siswa laki-laki dan 2 siswa Perempuan.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan siswa adalah timbangan badan digital, sedangkan untuk mengukur tinggi badan siswa menggunakan Statur Meter (Microtoise). Timbangan berat badn digital ini memiliki dimensi 26 cm x 26, mampu menampung berat badan hingga 180 kg, timbangan ini mudah untu dibawa dan disimpan. Sedangkan pengukur tinggi badan Statur Meter sangat cocok digunakan di sekolah karena bentuknya yang kecil dan cukup digantung saja. Panjang maksimal dari alat ini adalah 200 cm (2 m).

Peneliti melakukan sendiri penimbnagan berat dan tinggi badan. Adapun sebelum melakukan kegiatan tersebut peneliti sudah berkomunikasi dan melakukan wawancara dengan orant tua murid tersebut.

Mengacu pada Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun. Ada 4 index cakupan yang diteliti oleh peneliti, yaitu BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.     Data hasil pengukuran

Berikut data balita berdasarkan umur, hasil pengukuran tinggi dan berat badan

Tabel 1: Data Balita berdasarkan Jenis kelamin dan umur

No

Nama

Jenis Kelamin

Umur

(Bulan)

Berat badan

(Kg)

Tinggi Badan

(cm)

1

Hans

L

50

20

101

2

Langit

L

48

12

95

3

Nicho

L

54

26

103

4

Celine

P

54

20

102

5

El

P

60

14

100

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki (60%) dan berada pada rentang usia 48-40 bulan, dan anak berjenis kelamin Perempuan (40%) berada pada rentang usia 54-60 bulan.

Tabel 2: Data balita berdasarkan berat badanumur (BB/U) dan jenis kelamin.

No

Nama

BB/U

Z-Score

1

Hans

+1SD sd +2SD

Risiko berat badan lebih

2

Langit

-3 SD sd -2 SD

Berat badan kurang

3

Nicho

+3 SD

Risiko berat badan lebih

4

Celine

+1SD-+2SD

Risiko berat badan lebih

5

El

-2 SD sd -1 SD

Berat badan kurang

Berdasarkan tabel 2 dilihat BB berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yang mengalami risiko memiliki berat badan lebih (60%), dan 2 anak memiliki risiko berat badan kurang anak (40%).

Tabel 3: Data balita berdasarkan tinggi badan per umur (TB/U) dan jenis kelamin.

No

Nama

TB/U

Z-Score

1

Hans

-1SD-Median

Normal

2

Langit

-2SD-(-1SD)

Pendek (Stunted)

3

Nicho

-1SD-Median

Normal

4

Celine

-1SD-Median

Normal

5

El

-2SD-(-1SD)

Pendek (Stunted)

Berdasarkan tabel 3 dilihat TB berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yang mengalami tinggi badan normal (60%), dan 2 anak memiliki risiko pendek (40%).

Tabel 4: Data balita berdasarkan IMT per umur (TB/U) dan jenis kelamin

No

Nama

IMT

(Kg/)

IMT/U

Z-Score

1

Hans

19,6

+2SD sd +3SD

Gizi lebih

2

Langit

13,3

-2 SD sd -1 SD

Gizi kurang

3

Nicho

24,5

<+ 3 SD

Obesitas

4

Celine

19,2

+2SD sd +3SD

Gizi lebih

5

El

14

-1 sd Median

Gizi baik

Berdasarkan tabel 4 dilihat IMT berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 2 anak yang mengalami gizi lebih (40 %), 1 anak memiliki gizi kurang (20%), 1 anak mengalami obesitas (20%), dan 1 anak memiliki gizi baik (20%).

Status gizi kurang dan status gizi buruk disebabkan oleh berbagai faktor atau permasalahan seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah jenis kelamin balita, usia balita, penyakit yang dialami oleh balita dan asupan nutrisi yang didapatkan balita. Sedangkan untuk faktor eksternal meliputi perilaku makan anak, pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua, faktor ekonomi keluarga, pendapatan yang dimiliki, kondisi lingkungan tempat tinggal anak dan berbagai hal lainnya (Asrina Pitayanti et al., 2022). Berdasarkan hasil yang disajikan pada table. Peneliti telah melakukan wawancara kepada orang tua terkait hal tersebut. Adapun gambaran dari hasil wawancara, peniliti sajikan lewat table berikut:

No

Nama

Pekerjaan Orang Tua

Genetik

Asupan nutrisi

Pola makan anak

Kondisi kesehatan

1.

Hans

Wirausaha

Kedua orang tua memiliki badan besar

Baik

Teratur dan siselingi snack, masih suka minum susu botol

Baik

2.

Langit

Wirausaha

Ayah besar, Ibu kurus

Pilih-pilih makan

Teratur dan siselingi snack, lebih suka camilan dari pada makan nasi dan lauk pauk

Baik

3.

Nicho

Pegawai Swasta

Kedua orang tua memiliki badan besar

Baik

Teratur dan siselingi snack, masih rutin minum susu botol, suka makan apa saja

Baik

4.

Celine

Pegawai Swasta

Ayah besar, Ibu sedang

Pilih-pilih makan

Teratur dan siselingi snack, tidak lagi minum susu botol, suka biscuits

Baik

5.

El

Pegawai Swasta

Ayah besar, pendek dan Ibu tinggi

Pilih-pilih makan

Teratur dan siselingi snack, suka makan sayur, dan makanan garing.

Baik

Dari kegitatan ini, peneliti memberikan masukan dan arahan kepada orang tua untuk terus memantau perkembangan fisik putra dan putrinya secara berkala. Saran yang peneliti berikan kepada orang tua adalah hendaknya para orang tua memiliki alat timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan di rumah untuk melakukan pengukuran tinggi dan berat badan dengan standar antropometri. Selain itu, peneliti juga memberikan saran dan masukan kepada para orang tua agar menerapkan pola makan bergizi seimbang, meminimalisasi mengonsomsi makananan yang banyak mengandung gula, serta menemani putra/putrinya untuk melakukan olah fisik atau bermain di luar. Peneliti juga meberikan masukan kepada pihak sekolah terutama guru untuk melakukan pengukuran tinggi dan berat bada para siswa juga serta melaporkan hasil pengukuran tinggi dan berat badan tersebut kepada orang tua. Tidak hanya itu, satuan PAUD kiranya juga melakukan kemitraan dengan dinas Kesehatan terkait guna memberikan penyuluhan Kesehatan bagi para orang tua, agar orang tua sebagai garda terdepan dapat mendampingi perkembangan putra/putrinya.

 

 

E.    KESIMPULAN DAN REKOENDASI

Dari kegiatan penelitian di TK Regina Caeli tersesut, kita dapat melihat bahwa BB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak mengalami risiko memiliki berat badan lebih (60%), dan 2 anak memiliki risiko berat badan kurang (40%). Dilihat dari TB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yanMg mengalami tinggi badan normal (60%), dan 2 anak memiliki risiko pendek (40%). Dilihat dari IMT per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 2 anak yang mengalami gizi lebih (40 %), 1 anak memiliki gizi kurang (20%), 1 anak mengalami obesitas (20%), dan 1 anak memiliki gizi baik (20%).

Karena pentingnya kegiatan pengukuran dan berat dan tinggi badan anak di satuan PAUD, maka Peneliti memberikan beberapa saran dan rekomendasi yang dapat dilakukan si Satuan PAUD, yaitu sebagai berikut:

1.   membuat jadwal pemantauan secara berkala

Satuan PAUD harus membuat jadwal pengukuran tinggi dan berat badan siswa secara berkala, misalnya setiap 3 bulan. Hal ini juga harus diinformasikan kepada orang tua siswa, agar orang tua juga memiliki kesepahaman dengan sekolah mengenai pentingnya hal tersebut.

2.   penggunaan alat ukur yang tepat

Satuan PAUD harus memiliki seperti timbangan dan pengukur tinggi badan dalam kondisi baik dan sesuai standar.

3.   pelatihan untuk tenaga pendidik

Kepala Sekolah harus mengundang tenaga ahli untuk melatih guru dan staf PAUD agar mampu mengukur dengan benar dan mencatat pertumbuhan anak-anak dengan standar yang benar. Gur PAUD juga diharapkan dapat memahami cara membaca grafik pertumbuhan anak.

4.   catatan dan dokumentasi yang sistematis

Satuan PAUD harus diharapkan menggunakan buku kesehatan anak atau sistem pencatatan digital untuk mendokumentasikan data pertumbuhan setiap anak. Catatan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan secara berkala dan dapat membantu dalam memberikan infor masi kepada orang tua.

5.   evaluasi dengan grafik pertumbuhan (Growth Chart)

Satuan Paud harus memiliki dan menggunkana grafik pertumbuhan yang sudah disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin anak untuk memantau perkembangan mereka. Tandai posisi pertumbuhan anak secara berkala untuk melihat tren.

6.   kolaborasi dengan orang tua

Berikan kesempatan kepada orang tua untuk melihat dan membahas hasil pemantauan pertumbuhan anak mereka. Sediakan ruang diskusi terbuka agar orang tua dapat berbagi informasi tentang pola makan, kesehatan, dan aktivitas anak di rumah.

7.   libatkan tenaga kesehatan

Satuan PAUDD dapat bekerja sama dengan bidan, dokter, atau ahli gizi dalam melakukan pemeriksaan berkala. Hal ini dapat membantu mendeteksi tanda-tanda masalah gizi atau pertumbuhan yang perlu penanganan lebih lanjut.

8.   penyuluhan gizi dan kesehatan

Adakan kegiatan penyuluhan gizi untuk orang tua agar mereka memahami pentingnya asupan nutrisi seimbang. Terapkan kegiatan seperti kampanye "Sarapan Sehat" di lingkungan PAUD untuk menanamkan kebiasaan baik sejak dini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F.     Daftar Pustaka

Mikawati, Lusiana, Evi, Suriyani, Suriyani Muaningsih, Pratiwi, Rizky (2021). AKM: Aksi Kepada Masyarakat.

 

Farihah, Elyaum (2022). Teknik Portofolio dan Instrumen Assesmen.

 

Ratumanan, Samuel Permana, Achadiyani, Khairani, Astrid Feinisa, Kesuma (2019).

Perkembangan Fisik dan Karakteristiknya Serta Perkembangan Otak Anak Usia Pendidikan Dasar.

 

Asesmen Pertumbuhan Anak Usia Dini Berdasarkan Indeks BB / U dan Indeks TB / U, Bb, Indeks Antropometri (2023).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru: Mendidik Karakter Siswa Generasi Z

If I Were You: Menjadi Guru Reading and Writing? Siapa Takut