Asesmen Pertumbuhan Anak Berdasarkan Standar Antropometri: Pendekatan untuk Memantau Status Gizi Anak dan Pertumbuhan Optimal
ABSTRAK
Pendahuluan: Pertumbuhan
balita menjadi salah satu bagian penting yang harus diperhatikan. Pertumbuhan
memantau berat badan dan panjang badan atau tinggi badan untuk menilai status
gizi balita. Pentingnya pemantauan pertumbuhan balita, dinas kesehatan melalui
puskesmas melakukan kegiatan posyandu balita yang dilakukan setiap bulan.
Pemantauan pertumbuhan dilakukan karena pertumbuhan dan perkembangan balita
berjalan secara simultan dan saling memengaruhi.
Tujuan: Untuk
mengetahui pertumbuhan balita dengan menilai status gizi dari pengukuran berat
badan terhadap umur (BB/U) dan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U) guna
menentukan balita kurus/normal/gemuk, dan tinggi badan terhadap umur (TB/U)
guna menentukan balita pendek/normal.
Metode: Desain penelitian
berupa penelitian kuantitatif dengan metode survei.Pengambilan data menggunakan
total sampling dari TK Regina Caeli. Sampel yang digunakan 5 balita usia 24-60
bulan. Data yang diukur adalah berat dan tinggi badan. Data yang sudah
didapatkan kemudian dianalisis.
Kesimpulan: Dilihat
BB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yang mengalami risiko
memiliki berat badan lebih (60%), dan 2 anak memiliki risiko berat badan
kurang anak (40%). Dilihat dari TB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah
3 anak yang mengalami tinggi badan normal (60%), dan 2 anak memiliki
risiko pendek (40%). Dilihat dari IMT per umur berdasarkan jenis kelamin,
sejumlah 2 anak yang mengalami gizi lebih (40 %), 1 anak memiliki gizi
kurang (20%), 1 anak mengalami obesitas (20%), dan 1 anak memiliki gizi baik (20%).
Introduction: Toddler growth is an important part that must be considered.
Growth monitors body weight and body length or height to assess the nutritional
status of toddlers. The importance of monitoring the growth of toddlers, the
health service through the community health center carries out posyandu
activities for toddlers every month. Growth monitoring is carried out because
the growth and development of toddlers occur simultaneously and influence each
other.
Objective: To determine the growth of toddlers by assessing nutritional
status from measuring weight for age (WW/U) and body mass index for age (BMI/U)
to determine whether toddlers are thin/normal/fat, and height for age (TB/U) to
determine short/normal toddlers.
Method: The research design is quantitative research with a survey method.
Data collection uses total sampling from TK Regina Caeli. The sample used was 5
toddlers aged 24-60 months. The data measured are weight and height. The data
that has been obtained is then analyzed.
Conclusion: Looking at weight per age based on gender, 3 children are at
risk of being overweight (60%), and 2 children are at risk of being underweight
(40%). Judging from TB per age by gender, 3 children had normal height (60%),
and 2 children had a risk of being short (40%). Judging from BMI per age based
on gender, 2 children are over-nourished (40%), 1 child is under-nourished
(20%), 1 child is obese (20%), and 1 child is well-nourished (20%).
Kata Kunci:
"Asesmen Pertumbuhan, Standar Antropometri, Kategori Status Gizi
Anak".
A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Usia
1-5 tahun adalah masa golden age di mana pada masa ini anak-anak
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Anak balita berkembang bukan hanya
secara mental, namun juga secara fisik. Oleh karena itu, sangat penting bagi
anak balita untuk mendapatkan nutrisi yang baik agar pertumbuhan fisik mereka
tumbuh secara optimal.
Peran orang tua dan
pendidik sangat diperlukan untuk mendampingi golden age anak usia dini.
Pertumbuhan
memiliki kata asal “tumbuh”. Dalam KBBI sendiri, tumbuh memiliki
arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna. Sehingga secara
istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara kuantitatif pada
fisik manusia. Pemberian gizi yang sesuai untuk pertumbuhan anak harus selalu
diperhatikan oleh para orang tua. Jika asupan gizi anak tidak terpenuhi dnegan
baik, maka dapat mengganggu pertumbuhan anak itu sendiri. Karena pentingnya
makan makanan yang bergizi untuk anak, maka memperhatikan kebutuhan dan porsi
pemberian gizi seimbang menjadi wajib bagi orang tua. Orang tua dan sekolah
memilki peran penting dalam memantau pertumbuhan anak sebagai bagian dari pemantauan
kesehatan dan perkembangan.
Status
gizi adalah gambaran tubuh seseorang sebagai akibat dari konsumsi pangan dan penggunaan
zat-zat gizi dari pangan yang dikonsumsi di dalam tubuh (Budiman et al., 2021).
Status gizi dapat memengaruhi masalah gizi dan masalah gizi dapat terjadi pada
semua golongan usia (Muchtar et al., 2022). Tercapainya status gizi yang
optimal ditentukan asupan makanan yang seimbang yaitu sesuai kebutuhan tubuh
dan keadaan ini akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan, produktivitas dan
status kesehatan (Septiawati et al., 2021).
2. Rumusan
Masalah
Pertumbuhan pada anak
bukan sekadar memberi makanan kepada anak, namun juga harus melakukan
pemantauan secara berkala agar orang tua dan guru tidak kecolongan terhadap
pertumbuhan anak. Maraknya kasus stunting di beberapa daerah disinyalir karena
kurangnya pemantauan terhadap perkembangan anak. Kurangnya edukasi kepada Masyarakat
mengenai pentingnya memberikan gizi seimbang dan melakukan pemantauan tumbuh
kembang anak membuat masalah ini menjadi carut marut. Berdasarkan hal-hal
tersebut, maka bebrapa masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menilai status gizi dan
pertumbuhan optimal anak secara efektif?
2. Faktor
apa saja yang memengaruhi pertumbuhan anak yang diukur melalui standar
antropometri, seperti berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala?
3. Seberapa
efektif pendekatan pemantauan berbasis antropometri dalam mendeteksi masalah
gizi sejak dini dan melakukan intervensi?
4. Apa
saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asesmen pertumbuhan anak
menggunakan standar antropometri di lingkungan sekolah atau komunitas?
Asupan makanan yang mengandung energi dan
zat-zat gizi jika dikonsumsi dengan tepat dan sesuai kebutuhan maka akan
mencapai status gizi yang baik (Yulianti, 2022). Kelebihan asupan dapat
menyebabkan terjadinya gizi lebih dan kekurangan asupan makanan menyebabkan
kekurangan gizi yang berdampak pada tubuh yang nampak kurus dan berisiko
terhadap penyakit (Amalia & Putri, 2022).
3. Tujuan
Penelitian
Pengukuran
dan penilaian status gizi dilakukan pada anak usia balita untuk mendapatkan
gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
sehingga dapat mencegah dan melakukan tindakan dari masalah gizi yang terjadi,
baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan
cara pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan antropometri. (TB) Hasil
dengan pengukuran metode akan dikelompokkan status gizinya berdasarkan nilai
cut of point IMT/U berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. Dengan uaraian tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengukur status gizi anak
Dengan
mengetahui berat dan tinggi badan anak, maka kita dapat memperoleh data akurat
apakah anak tersebut memiliki masalah gizi seperti berat badan kurang atau
obesitas.
2.
Pemantauan Pertumbuhan
Dengan
pengukuran berkala, pertumbuhan anak dapat dipantau, sehingga dapat mendeteksi
dini adanya gangguan pertumbuhan seperti stunting, wasting, atau
obesitas.
3.
Perencanaan Intervensi
Kesehatan
Data
antropometri membantu dalam merancang program intervensi atau perbaikan gizi
anak untuk mencegah atau mengatasi malnutrisi.
4.
Evaluasi Program Kesehatan
Dapat digunakan untuk
menilai efektivitas program atau kebijakan kesehatan, misalnya program
pemberian makanan tambahan.
Antropometri adalah ilmu yang mengukur dimensi tubuh,
seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan parameter lainnya yang
digunakan untuk memantau pertumbuhan anak sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Penggunaan standar antropometri dalam bidang kesehatan anak sangat penting
karena memungkinkan deteksi dini potensi masalah pertumbuhan dan perkembangan.
B.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Konsep Pertumbuhan Anak
Konsep pertumbuhan anak melibatkan
peningkatan ukuran tubuh, yang mencakup penambahan berat badan dan tinggi
badan, serta perubahan proporsi tubuh seiring bertambahnya usia. Proses
pertumbuhan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memengaruhi
kecepatan, kualitas, dan arah perkembangan fisik. Berikut adalah penjelasan
tentang indikator utama pertumbuhan dan faktor-faktor yang memengaruhinya:
A. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Anak
1.Nutrisi:
a.
Asupan makanan yang mencukupi dan seimbang sangat penting untuk pertumbuhan
optimal. Nutrisi yang kurang akan berdampak negatif pada berat badan dan tinggi
badan anak.
b.
Kekurangan mikronutrien penting seperti zat besi, kalsium, vitamin D, dan
protein dapat menghambat pertumbuhan tulang dan otot.
2. Genetik:
a.
Faktor keturunan memainkan peran penting
dalam menentukan potensi tinggi badan dan pertumbuhan fisik. Biasanya, tinggi
badan anak cenderung mengikuti pola pertumbuhan dari orang tua mereka.
3. Kesehatan:
a. Penyakit
atau infeksi yang berulang, seperti diare atau infeksi pernapasan, dapat
menghambat pertumbuhan.
b.Gangguan
hormon seperti kelainan tiroid atau gangguan hormon pertumbuhan juga dapat
memengaruhi tinggi dan berat badan anak.
4. Lingkungan:
a.
Polusi, akses ke sanitasi, dan kualitas
air dapat memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan anak. Lingkungan yang tidak
higienis meningkatkan risiko penyakit yang dapat memengaruhi pertumbuhan.
b.
Aktivitas fisik dan stimulasi mental juga
berperan dalam mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
5. Status
Sosial Ekonomi:
a. Keluarga
dengan status ekonomi yang baik cenderung memiliki akses yang lebih baik ke
makanan bergizi, perawatan kesehatan, dan lingkungan yang sehat, yang semuanya
mendukung pertumbuhan optimal.
6. Psikologis
dan Emosional:
a. Anak yang hidup dalam lingkungan yang penuh
tekanan, seperti kekerasan atau konflik keluarga, mungkin memiliki pertumbuhan
yang terhambat akibat stres dan gangguan dalam pola makan.
7. Perawatan
Kesehatan:
a.
Akses
ke perawatan kesehatan, imunisasi, serta pendidikan kesehatan bagi orang tua
memainkan peran penting dalam memastikan anak mendapatkan dukungan yang
diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal.
Dengan memantau berat badan dan tinggi
badan secara teratur, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
memengaruhi pertumbuhan, orang tua, guru, dan tenaga kesehatan dapat memastikan
bahwa anak tumbuh dan berkembang dengan sehat serta optimal sesuai potensinya.
2.
Antropometri dan Standar Pertumbuhan Anak
Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau
menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan
Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks
Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards
untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun.
Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang
dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka
dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak
umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan
diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada
anak umur di atas 24 bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di
atas 24 bulan diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
A. Indeks Standar Antropometri Anak
Standar
Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi
badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1.
Indeks Berat Badan menurut
Umur (BB/U) Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan
dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan
kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak
dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting
diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah
pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau
IMT/U sebelum diintervensi.
2.
Indeks Panjang Badan
menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) Indeks PB/U atau
TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan
umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau
sangat - 13 - pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam
waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya
juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi
sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang
terjadi di Indonesia.
3.
Indeks Berat Badan menurut
Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) Indeks BB/PB atau BB/TB ini
menggambarkan apakah berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan
panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak
gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki
risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya
disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi
(akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4.
Indeks Masa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi
kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U
dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks
IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan
ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih
lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas
Keterangan:
1. Anak
yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.
2. Anak
pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi
hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami
gangguan endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan
tinggi orang tua normal).
3. Walaupun
interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria diagnosis
gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk
menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB).
3.
Asesmen Pertumbuhan Anak Menggunakan
Standar Antropometri
Dikutip dari jurnal Cakrawala Ilmiah yang melakukan
penelitian menggunakan Standar Antropometri pada anak usia 2-5 tahun didapati
bahwa 1) usia 2 tahun tinggi badan dengan kategori normal sebanyak
11 responden (58%) dari 19 responden, 2) usia 3 tahun
tinggi badan dengan kategori normal sebanyak 29 responden (100%), 3) usia
4 tahun tinggi badan dengan kategori normal sebanyak 22 responden (85%)
dan 4) usia 5 tahun tinggi badan dengan kategori normal
sebanyak 17 responden (100%). Berat badan balita berdasarkan usia: 1) usia
2 tahun berat badan dengan kategori berat badan normal sebanyak 16 responden
(85%) dari 19 respnden. 2) Usia 3 tahun berat badan dengan
kategori berat badan normal sebanyak 28 responden (97%) dari 29 responden.3) Usia
4 tahun berat badan dengan kategori berat badan normal sebanyak 26 responden
(100%). 4) Usia 5 tahun berat badan dengan
kategori berat badan normal sebanyak 17 responden (100%) dari 17 responden.
Adapun penelitian ini menggunakan 91 responden dengan teknik pengambilan sampel
dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan lembar observasi untuk
pertumbuhan balita dan kuesioner untuk perkembangan balita.
Dikutip juga dari jurnal penelitian Pengabdian Kepada
Masyarakat didapati bahwa dari 15 balita diperoleh sejumlah 2 anak yang
mengalami gizi kurang dan 3 anak mengalami gizi sangat kurang sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 anak (40%) dan sejumlah 5 anak yang
berada dalam kategori pendek dan sangat pendek, sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki sejumlah 2 anak (40%).
Dari kedua jurnal
penelitian ini penulis mendapat Gambaran bahwa pengukuran anak menggunakan
standar antropometri sangatlah penting ada orang tua tidak kecolongan dengan
pertumbuhan anak mereka.
C. Metodologi
Penelitian
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin,
4 November 2024 jam 09.00-10.00 WIB. Bertempat di TK Regina Caeli. Metode
penelitian ini adalah studi kasus dengan sasaran utamanya adalah siswa TK berusia
4-5 tahun terdiri atas 3 siswa laki-laki dan 2 siswa Perempuan.
Alat
ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan siswa adalah timbangan badan
digital, sedangkan untuk mengukur tinggi badan siswa menggunakan Statur Meter (Microtoise).
Timbangan berat badn digital ini memiliki dimensi 26 cm x 26, mampu menampung
berat badan hingga 180 kg, timbangan ini mudah untu dibawa dan disimpan.
Sedangkan pengukur tinggi badan Statur Meter sangat cocok digunakan di sekolah
karena bentuknya yang kecil dan cukup digantung saja. Panjang maksimal dari
alat ini adalah 200 cm (2 m).
Peneliti
melakukan sendiri penimbnagan berat dan tinggi badan. Adapun sebelum melakukan
kegiatan tersebut peneliti sudah berkomunikasi dan melakukan wawancara dengan
orant tua murid tersebut.
Mengacu pada Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau
menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan
Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks
Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards
untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun. Ada
4 index cakupan yang diteliti oleh peneliti, yaitu BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U.
D.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1.
Data hasil pengukuran
Berikut data balita
berdasarkan umur, hasil pengukuran tinggi dan berat badan
Tabel 1: Data Balita
berdasarkan Jenis kelamin dan umur
No |
Nama |
Jenis Kelamin |
Umur (Bulan) |
Berat badan (Kg) |
Tinggi Badan (cm) |
1 |
Hans |
L |
50 |
20 |
101 |
2 |
Langit |
L |
48 |
12 |
95 |
3 |
Nicho |
L |
54 |
26 |
103 |
4 |
Celine |
P |
54 |
20 |
102 |
5 |
El |
P |
60 |
14 |
100 |
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa sebagian besar anak
berjenis kelamin laki-laki (60%) dan berada pada rentang usia 48-40 bulan,
dan anak berjenis kelamin Perempuan (40%) berada pada rentang usia 54-60
bulan.
Tabel 2: Data balita berdasarkan berat badanumur (BB/U) dan
jenis kelamin.
No |
Nama |
BB/U |
Z-Score |
1 |
Hans |
+1SD sd +2SD |
Risiko
berat badan lebih |
2 |
Langit |
-3 SD sd -2 SD |
Berat
badan kurang |
3 |
Nicho |
+3 SD |
Risiko
berat badan lebih |
4 |
Celine |
+1SD-+2SD |
Risiko
berat badan lebih |
5 |
El |
-2 SD sd -1 SD |
Berat
badan kurang |
Berdasarkan tabel 2 dilihat BB berdasarkan jenis kelamin,
sejumlah 3 anak yang mengalami risiko memiliki berat badan lebih (60%), dan
2 anak memiliki risiko berat badan kurang anak (40%).
Tabel 3: Data balita berdasarkan tinggi badan per umur (TB/U)
dan jenis kelamin.
No |
Nama |
TB/U |
Z-Score |
1 |
Hans |
-1SD-Median |
Normal |
2 |
Langit |
-2SD-(-1SD) |
Pendek
(Stunted) |
3 |
Nicho |
-1SD-Median |
Normal |
4 |
Celine |
-1SD-Median |
Normal |
5 |
El |
-2SD-(-1SD) |
Pendek
(Stunted) |
Berdasarkan tabel 3 dilihat TB berdasarkan jenis kelamin,
sejumlah 3 anak yang mengalami tinggi badan normal (60%), dan 2 anak memiliki
risiko pendek (40%).
Tabel 4: Data balita berdasarkan IMT per umur (TB/U) dan
jenis kelamin
No |
Nama |
IMT (Kg/ |
IMT/U |
Z-Score |
1 |
Hans |
19,6 |
+2SD sd +3SD |
Gizi
lebih |
2 |
Langit |
13,3 |
-2 SD sd -1 SD |
Gizi
kurang |
3 |
Nicho |
24,5 |
<+ 3 SD |
Obesitas |
4 |
Celine |
19,2 |
+2SD sd +3SD |
Gizi
lebih |
5 |
El |
14 |
-1 sd Median |
Gizi
baik |
Berdasarkan tabel 4 dilihat IMT berdasarkan jenis kelamin,
sejumlah 2 anak yang mengalami gizi lebih (40 %), 1 anak memiliki gizi
kurang (20%), 1 anak mengalami obesitas (20%), dan 1 anak
memiliki gizi baik (20%).
Status gizi kurang dan status gizi buruk disebabkan oleh
berbagai faktor atau permasalahan seperti faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah jenis kelamin balita, usia balita,
penyakit yang dialami oleh balita dan asupan nutrisi yang didapatkan balita.
Sedangkan untuk faktor eksternal meliputi perilaku makan anak, pola pengasuhan
yang diterapkan oleh orang tua, faktor ekonomi keluarga, pendapatan yang
dimiliki, kondisi lingkungan tempat tinggal anak dan berbagai hal lainnya
(Asrina Pitayanti et al., 2022). Berdasarkan hasil yang disajikan pada table. Peneliti
telah melakukan wawancara kepada orang tua terkait hal tersebut. Adapun gambaran
dari hasil wawancara, peniliti sajikan lewat table berikut:
No |
Nama |
Pekerjaan Orang Tua |
Genetik |
Asupan nutrisi |
Pola makan anak |
Kondisi
kesehatan |
1. |
Hans |
Wirausaha |
Kedua orang tua memiliki badan besar |
Baik |
Teratur dan siselingi snack, masih suka minum susu
botol |
Baik |
2. |
Langit |
Wirausaha |
Ayah besar, Ibu kurus |
Pilih-pilih makan |
Teratur dan siselingi snack, lebih suka camilan
dari pada makan nasi dan lauk pauk |
Baik |
3. |
Nicho |
Pegawai Swasta |
Kedua orang tua memiliki badan besar |
Baik |
Teratur dan siselingi snack, masih rutin minum
susu botol, suka makan apa saja |
Baik |
4. |
Celine |
Pegawai Swasta |
Ayah besar, Ibu sedang |
Pilih-pilih makan |
Teratur dan siselingi snack, tidak lagi minum susu
botol, suka biscuits |
Baik |
5. |
El |
Pegawai Swasta |
Ayah besar, pendek dan Ibu tinggi |
Pilih-pilih makan |
Teratur dan siselingi snack, suka makan sayur, dan
makanan garing. |
Baik |
Dari kegitatan ini, peneliti memberikan masukan dan arahan
kepada orang tua untuk terus memantau perkembangan fisik putra dan putrinya
secara berkala. Saran yang peneliti berikan kepada orang tua adalah hendaknya
para orang tua memiliki alat timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan
di rumah untuk melakukan pengukuran tinggi dan berat badan dengan standar
antropometri. Selain itu, peneliti juga memberikan saran dan masukan kepada
para orang tua agar menerapkan pola makan bergizi seimbang, meminimalisasi
mengonsomsi makananan yang banyak mengandung gula, serta menemani
putra/putrinya untuk melakukan olah fisik atau bermain di luar. Peneliti juga
meberikan masukan kepada pihak sekolah terutama guru untuk melakukan pengukuran
tinggi dan berat bada para siswa juga serta melaporkan hasil pengukuran tinggi
dan berat badan tersebut kepada orang tua. Tidak hanya itu, satuan PAUD kiranya
juga melakukan kemitraan dengan dinas Kesehatan terkait guna memberikan
penyuluhan Kesehatan bagi para orang tua, agar orang tua sebagai garda terdepan
dapat mendampingi perkembangan putra/putrinya.
E. KESIMPULAN
DAN REKOENDASI
Dari kegiatan penelitian di TK Regina
Caeli tersesut, kita dapat melihat bahwa BB per
umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak mengalami risiko memiliki berat
badan lebih (60%), dan 2 anak memiliki risiko berat badan kurang (40%).
Dilihat dari TB per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 3 anak yanMg
mengalami tinggi badan normal (60%), dan 2 anak memiliki risiko pendek (40%).
Dilihat dari IMT per umur berdasarkan jenis kelamin, sejumlah 2 anak yang
mengalami gizi lebih (40 %), 1 anak memiliki gizi kurang (20%), 1
anak mengalami obesitas (20%), dan 1 anak memiliki gizi baik (20%).
Karena pentingnya kegiatan pengukuran dan
berat dan tinggi badan anak di satuan PAUD, maka Peneliti memberikan beberapa
saran dan rekomendasi yang dapat dilakukan si Satuan PAUD, yaitu sebagai
berikut:
1. membuat jadwal pemantauan secara berkala
Satuan
PAUD harus membuat jadwal pengukuran tinggi dan berat badan siswa secara
berkala, misalnya setiap 3 bulan. Hal ini juga harus diinformasikan kepada
orang tua siswa, agar orang tua juga memiliki kesepahaman dengan sekolah
mengenai pentingnya hal tersebut.
2. penggunaan alat ukur yang tepat
Satuan
PAUD harus memiliki seperti timbangan dan pengukur tinggi badan dalam kondisi
baik dan sesuai standar.
3. pelatihan untuk tenaga pendidik
Kepala
Sekolah harus mengundang tenaga ahli untuk melatih guru dan staf PAUD agar
mampu mengukur dengan benar dan mencatat pertumbuhan anak-anak dengan standar
yang benar. Gur PAUD juga diharapkan dapat memahami cara membaca grafik
pertumbuhan anak.
4. catatan dan dokumentasi yang sistematis
Satuan
PAUD harus diharapkan menggunakan buku kesehatan anak atau sistem pencatatan
digital untuk mendokumentasikan data pertumbuhan setiap anak. Catatan ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi perkembangan secara berkala dan dapat membantu
dalam memberikan infor masi kepada orang tua.
5. evaluasi dengan grafik pertumbuhan (Growth Chart)
Satuan
Paud harus memiliki dan menggunkana grafik pertumbuhan yang sudah disesuaikan
dengan usia dan jenis kelamin anak untuk memantau perkembangan mereka. Tandai
posisi pertumbuhan anak secara berkala untuk melihat tren.
6. kolaborasi dengan orang tua
Berikan
kesempatan kepada orang tua untuk melihat dan membahas hasil pemantauan
pertumbuhan anak mereka. Sediakan ruang diskusi terbuka agar orang tua dapat
berbagi informasi tentang pola makan, kesehatan, dan aktivitas anak di rumah.
7. libatkan tenaga kesehatan
Satuan
PAUDD dapat bekerja sama dengan bidan, dokter, atau ahli gizi dalam melakukan
pemeriksaan berkala. Hal ini dapat membantu mendeteksi tanda-tanda masalah gizi
atau pertumbuhan yang perlu penanganan lebih lanjut.
8. penyuluhan gizi dan kesehatan
Adakan
kegiatan penyuluhan gizi untuk orang tua agar mereka memahami pentingnya asupan
nutrisi seimbang. Terapkan kegiatan seperti kampanye "Sarapan Sehat"
di lingkungan PAUD untuk menanamkan kebiasaan baik sejak dini.
F.
Daftar Pustaka
Mikawati,
Lusiana, Evi, Suriyani, Suriyani Muaningsih, Pratiwi, Rizky (2021). AKM: Aksi
Kepada Masyarakat.
Farihah,
Elyaum (2022). Teknik Portofolio dan Instrumen Assesmen.
Ratumanan,
Samuel Permana, Achadiyani, Khairani, Astrid Feinisa, Kesuma (2019).
Perkembangan
Fisik dan Karakteristiknya Serta Perkembangan Otak Anak Usia Pendidikan Dasar.
Asesmen
Pertumbuhan Anak Usia Dini Berdasarkan Indeks BB / U dan Indeks TB / U, Bb,
Indeks Antropometri (2023).
Komentar
Posting Komentar